Suasana pementasan ketoprak berjudul Daredah di panggung terbuka
FBS UNNES, Rabu malam (5/5).
Ranu Tetap di Hati
Suksesnya Pementasan Ketoprak
FBS UNNES, RABU (5/6) – Tidak seperti malam biasanya di
panggung terbuka dibanjiri ratusan orang. Malam itu diadakan pentas ketoprak
untuk mengenang 100 hari wafatnya Sidiq Ranu Wijaya (24), dosen muda Bahasa dan
Sastra Jawa. Hal ini merupakan wujud kasih sayang dari orang-orang tercinta.
“Ketoprak adalah hal yang paling Mas Ranu
senangi, lewat pementasan ketoprak kemarin Mas Ranu berhasil mengumpulkan
teman-teman dan orang-orang yang sayang dengan Mas Ranu yang tentu juga senang
ketoprak. Tapi, jika boleh meminta pementasan kemarin tidak terlaksana saja
jika kondisinya demikian. Kondisi yang tidak diharapkan banyak orang.
Orang-orang tentu berharap pentas itu terlaksana dengan adanya sosok Mas Ranu.
Namun, semua kehendak Tuhan. Ini salah satu yang dapat teman-teman persembahkan
untuk Mas Ranu,” ujar pemeran Widyasmara dalam Ketoprak Daredah, Wahyu Miraningsih,
Kamis (6/6).
Sidiq Ranu Wijaya adalah seorang aktivis dengan
segudang kegiatan meninggal dunia pada hari Minggu Wage 24 Februari 2013 lalu. Di masa hidupnya, dia sangat senang
dengan seni. Tiada hari ia lalui tanpa seni. Tak heran jika dalam mengenang
100hari kepergiannya diadakan pentas ketoprak. Meski cerita Daredah tidak
menggambarkan sosok Sidiq Ranu Wijaya. Namun dengan diadakannya ketoprak rasa
cinta mereka bersatu-padu.
Meski persiapan hanya dua hari, namun dengan
banyaknya partisipasi para sahabat dan orang-orang tersayang, pementasan dapat
berjalan lancar dan sukses besar. Sebelum
pagelaran ketoprak dimulai, para penonton disuguhi gendhing Jawa dari para sahabat karawitan dan panembrama, pembacaan
gurit oleh lima mahasiswi jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, pembacaan “Surat
Cinta untuk Ranu”, serta Tari Sesaji oleh Sri Paminto dan tiga penari jurusan
Sendratasik. Tidak lupa sambutan dari ketua panitia dan ucapan terima kasih
orang tua Sidiq Ranu Wijaya yang telah mengadakan acara tersebut.
Dalam pagelaran ketoprak yang berjudul Daredah
itu dilakonkan oleh para dosen dan mahasiswa, tidak hanya dari jurusan Bahasa
dan Sastra Jawa namun juga dari jurusan lain. Di tengah-tengah kekhusyukan
menonton pementasan, para penonton menjadi tertawa lebar dengan adanya dagelan. Dagelan tersebut sedikit melenceng dari jalannya cerita, yaitu
dengan membahas hasil pemilihan umum Gubernur Jateng kemarin. Namun dengan
adanya dagelan mengingatkan pada
sosok Sidiq Ranu Wijaya yang selain bisa ngemong,
tetapi juga nglucu.
Tak hanya pementasan ketoprak pada malam itu, tetapi juga peluncuran buku yang
berjudul “Kanggo Ranu” dan peresmian perpustakaan “Sidha Dharma Siswa”. Dalam
buku tersebut memuat karya Sidiq Ranu Wijaya semasa hidup dan kumpulan tulisan para sahabat. Di dalam perpustakaan
tersebut pun berisi buku-buku Sidiq Ranu Wijaya yang nantinya dapat
dimanfaatkan khusus para peminat seni dan masyarakat pada umumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar