Didalam
masyarakat Jawa terdapat banyak kegiatan-kegiatan yang khas. Salah satu
kegiatan tersebut adalah nyekar atau
ziarah kubur. Nyekar berasal dari kata
“sekar”, yaitu bunga. Nyekar dapat
dilakukan kapan saja. Namun, pada umumnya nyekar
dilakukan tepat dihari orang yang kita ziarahi meninggal, atau saat
mempunyai hajat, menyambut datangnya bulan Ramadhan, sebelum atau setelah Idul Fitri,
saat bermimpi orang yang meninggal tersebut, dan sebelum berpergian jauh;
seperti merantau. Nyekar dilakukan
untuk menghormati dan mendoakan orang yang sudah meninggal, sebagai salah satu
bentuk bakti kita kepada orang yang sudah meninggal tersebut dan sebagai
pengingat bahwa masih ada kehidupan lain setelah di dunia, yaitu akhirat.
Nyekar yang
biasa dilakukan adalah dengan menabur bunga. Sebelum pergi ke makam, terlebih
dahulu menyiapkan bunga (lebih baik jika ada tujuh rupa), air, dan pendel. Menggunakan
bunga, karena untuk memberikan efek wangi pada sekitar makam, air untuk
membasahi makam agar tumbuhan yang hidup sekitar makam tidak kekeringan dan
keharuman bunga tadi sampai kedalam tanah, dan pendel untuk memberikan
kesejukan. Ada juga orang yang membawa sesajen dan membakar menyan dengan
ditaburi gula pasir dan dengan dibacakan doa-doa Jawa, yang pada saat ini hanya
sesepuh desa yang bisa. Saat membawa bunga campuran tersebut, dilarang menciumi
baunya, karena akan mengurangi keharumannya dan merupakan sikap yang tidak
hormat. Dianjurkan juga saat berangkat dan pulang tidak pada satu jalur yang
sama, hal tersebut dilakukan agar kita bisa mengenal wilayah sekitar dan berani
mengambil keputusan yang berbeda. Ketika sampai didepan area makam, langkah
pertama ketika masuk adalah menggunakan kaki kanan dan sebaliknya ketika pulang
menggunakan kaki kiri, karena niat baik diawali dari kanan dan kiri untuk
mengintrospeksi diri. Bagi wanita yang sedang haid dilarang memasuki area
makam, karena dalam keadaan tidak suci dan kosong. Takutnya nanti ada hal-hal yang tidak diinginkan, seperti kemasukan
makhluk gaib.
Banyak
orang yang salah mengartikan nyekar,
biasanya mereka pergi ke makam dengan membawa sesajen yang bertujuan tidak
untuk mendoakan akan tetapi untuk meminta sesuatu harapan, padahal itu salah.
Orang yang sudah meninggal tidak bisa berbuat apa-apa bagi kehidupan orang yang
masih hidup. Orang meninggal hanya membutuhkan
doa,
terutama doa seorang anak.
Pada perkembangan jaman saat ini dan
berkembangnya ajaran Islam yang semakin pesat, ziarah kubur dilakukan dengan mendoakan
saja, tidak dengan menabur bunga maupun membawa sesajen, karena merupakan sikap
boros. Memperindah makam pun juga merupakan sikap boros. Daripada biayanya
untuk membeli ataupun memperindah makam lebih baik untuk keperluan yang lebih
penting lagi. Apalagi jika kita dalam keadaan serba kekurangan dan menganggap
bahwa nyekar sebuah kewajiban, tentu
akan semakin terbebani.
Mendoakan
orang yang sudah mati pun bisa dilakukan di rumah, yang terpenting adalah niat
kita untuk mendoakan orang yang sudah meninggal tersebut, agar segala dosa-dosanya
terampuni. Lebih baik lagi,
jika kita mendoakannya setiap hari. Kita juga bisa
bersedekah dengan niat untuk orang yang sudah meninggal tersebut maupun
menjalankan wasiatnya, sebagai bentuk bakti kita.
ilustrasi foto: http://www.diaryofaproductjunkie.com/
ilustrasi foto: http://www.diaryofaproductjunkie.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar