Kamis, 03 Juli 2014

Psikolinguistik

I.                   JUDUL
PENGARUH BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA IBU TERHADAP PEMEROLEHAN BAHASA JAWA SANTRI TPQ HUSNUL KHOTIMAH DESA NGIJO KECAMATAN GUNUNGPATI KABUPATEN SEMARANG
II.                LATAR BELAKANG
Bahasa adalah alat pertama dan utama untuk membangun pemikiran yang jelas dan teliti. Kedudukan bahasa sebagai wahana komunikasi dalam hubungan sosial maupun dalam hubungan formal. Pemakaian  bahasa sendiri dimulai sejak kecil hingga akhir hayat menunjukkan kemantapan dalam berbahasa. Bahasa Indonesia di negara Indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara (Suhendar dan Supinah, 1992:88). Kedudukan bahasa Indonesia  sebagai bahasa nasional dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Terlebih lagi bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa negara, sesuai dengan ketentuan yang tertera di dalam Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV, Pasal 36, yang  menyatakan bahwa bahasa negara ialah bahasa Indonesia. Hal ini memberikan pengaruh besar terhadap penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama.
Posisi bahasa Indonesia dalam pemerolehan bahasa bagi anak Indonesia akan ditemukan bahwa ada anak yang menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama dan ada pula menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Anak yang menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama, bahasa pertama yang dikenal dan dikuasai adalah bahasa Indonesia. Bahasa Indonesialah yang pertama-tama dijadikan sebagai sarana komunikasi verbal sejak dia bayi. Anak yang bahasa pertamanya bahasa Indonesia banyak dijumpai sekarang ini.
Selanjutnya Tarigan dkk. (1998) mengungkapkan bahwa anak-anak yang dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga dan masyarakat yang menggunkan bahasa daerah sebagai media komunikasi kesehariannya, kemungkinan besar anak itu bahasa pertamanya adalah bahasa daerah dan bahasa Indonesia sebagai bahasa keduanya. Sekalipun anak itu telah mengenal bahasa Indonesia melalui berbagai media (misalanya radio dan televisi), tetapi bahasa Indonesia yang dikuasainya baru benar-benar digunakan ketika telah bersekolah.
Pemerolehan bahasa juga dapat terjadi secara serempak dua bahasa dan secara berurutan. Pemerolehan secara serempak dua bahasa terjadi pada anak yang dibesarkan dalam masyarakat bilingual (menggunakan dua bahasa dalam berkomunikasi) atau dalam masyarakat multilingual (menggunakan lebih dari dua bahasa). Sedangkan pemerolehan berurut dua bahasa terjadi bila anak menguasai dua bahasa dalam rentang waktu yang relatif berjauhan.
Bahasa ibu merupakan bahasa pertama yang diajarkan orang tua kepada anak. Orang tua yang paling berperan adalah ibu, karena ibu adalah sosok yang paling dekat dengan anak di ranah keluarga.masing-masing anak mempunyai bahasa ibu yang berbeda-beda. Banyak orang tua yang mengajarkan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama karena menganggap bahwa bahasa Jawa tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Apalagi kegiatan anak lebih banyak dilakukan di luar rumah yang bahasa pengantarnya bahasa Indonesia. Anak-anak yang dilahirkan dan   dibesarkan dalam lingkungan keluarga dan masyarakat yang menggunkan bahasa daerah sebagai media komunikasi kesehariannya, tidak akan kesulitan dalam berbahasa Jawa. Namun, untuk anak yang bahasa pertamanya bahasa Indonesia akan memberikan pengaruh besar terhadap pemerolehan bahasa Jawa.
Masih banyak anak di pulau Jawa khususnya Jawa Tengah yang pemerolehan bahasa pertamanya adalah bahasa Jawa, tetapi hal itu tidak menjadikan penguasaan dan pemahaman dalam mempelajarinya tanpa hambatan. Justru dengan munculnya arus globalisasi yang gencar, anak-anak penutur bahasa Jawa lebih banyak dihadapkan pada suatu dilema berbahasa.
Setiap anak mendengarkan tuturan berbahasa Jawa, setiap itu pula siswa selalu mendapatkan kesulitan dalam menerima informasi. Hal ini disebabkan oleh minimnya pendidikan bahasa Jawa  anak yang diperoleh khususnya di dalam keluarga.
Dalam kesempatan ini, peneliti akan mengupas tentang pengaruh bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu terhadap pemerolehan bahasa Jawa santri TPQ Husnul Khotimah. Dalam bahasa Jawa terdapat ragam bahasa, yaitu ragam bahasa Jawa ngoko dan ragam bahasa Jawa krama. Dalam penggunaannya harus memperhatikan unggah-ungguh sebagai tanda penghormatan terhadap lawan bicara.
Santri TPQ Husnul Khotimah dipilih sebagai tempat penelitian, karena santri menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertamanya. Selain itu, sebagian besar santrinya adalah anak-anak dari keluarga yang berada dan keluarga yang mengikuti perkembangan jaman. Masalah yang akan diangkat pada penelitian ini adalah tentang pengaruh bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu terhadap pemerolehan bahasa Jawa santri TPQ Husnul Khotimah. Dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara secara langsung diharapkan dapat memeroleh hasil penelitian yang memuaskan. Penelitian dilakukan pada lima santri terkait sebagai sample santri TPQ Husnul Khotimah.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil simpulan sementara bahwa bahasa ibu santri sangat berpengaruh terhadap pemerolehan bahasa Jawa. Dengan alasan tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pengaruh bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu terhadap pemerolehan bahasa Jawa santri TPQ Husnul Khotimah.

III.             RUMUSAN MASALAH
Dalam penelitian pengaruh bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu terhadap pemerolehan bahasa Jawa santri TPQ Husnul Khotimah mengacu pada pembatasan masalah, yaitu:
  1. Apakah bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu berpengaruh terhadap pemerolehan bahasa Jawa pada santri TPQ Husnul Khotimah?
  2. Bagaimanakah pemerolehan bahasa Jawa santri TPQ Husnul Khotimah?

IV.             TUJUAN PENELITIAN
Setelah mengetahui rumusan masalah, maka ada beberapa tujuan yang hendak dicapai, yaitu:
  1. Mengetahui apakah bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu mempengaruhi pemerolehan bahasa Jawa santri TPQ Husnul Khotimah atau tidak.
  2. Mengetahui pemerolehan bahasa Jawa santri TPQ Husnul Khotimah.

V.                MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, yang pertama dari hasil penelitian ini bisa bermanfaat untuk mengembangkan dan menyebarluaskan pengetahuan mengenai pengaruh bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu terhadap pemerolehan bahasa Jawa. Kedua, dengan penelitian ini dapat menambah ilmu dan wawasan pembaca, serta menambah khasanah budaya bangsa khususnya pemerolehan bahasa Jawa.  Ketiga, penelitian ini bermanfaat untuk merangsang minat peneliti lain untuk menggali dan melestarikan bahasa Jawa.
Secara praktis penelitian ini mempunyai beberapa manfaat yaitu: pembaca dapat memahami pengaruh bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu terhadap pemerolehan bahasa Jawa santri TPQ Husnul Khotimah. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi acuan atau bahan ajar untuk meningkatkan ilmu serta menambah wawasan dan cakrawala baru bagi pembaca serta generasi penerus di masa mendatang, karena isinya relevan dengan kehidupan sekarang serta memberikan pencerahan yang mendalam kepada para pembacanya.

VI. KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS
6.1 Kajian Pustaka
Penelitian tentang bahasa dalam situasi multibahasa telah banyak dilakukan para ahli, tetapi masih menjadi isu yang menarik pada saat sekarang. Oleh karena itu, masih perlu diadakan penelitian lebih lanjut baik itu penelitian yang bersifat menguatkan, melengkapi, maupun yang sifatnya baru. Beberapa hasil penelitian terbaru yang berhubungan dengan topik penelitian ini, diantaranya penelitian yang dilakukan Suratno (2009), Jehannisa Restya Mahdian (2010), dan Siti Rondiyah (2010).         
Suratno (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Bimbingan Keluarga Terhadap Prestasi Belajar Bahasa Jawa pada Siswa Kelas VII SMP N 2 Rembang Kec. Rembang Kab. Purbalingga menunjukkan bahwa bimbingan keluarga terhadap prestasi belajar siswa SMP N 2 Rembang saling mempengaruhi.
Relevansi dari penelitian diatas dengan penelitian ini adalah pada tujuan dan obyeknya. Penelitian Suratno bertujuan untuk mengetahui pengaruh bimbingan keluarga terhadap prestasi belajar siswa dan mengambil obyeknya pada siswa SMP N 2 Rembang. Sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu terhadap pemerolehan bahasa Jawa dengan obyeknya pada santri TPQ Husnul Khotimah.
Jehannisa Restya Mahdian (2010) menulis skripsi dengan judul Pengaruh Bahasa Ibu Terhadap Kemampuan Penguasaan Kosakata dalam Pembelajaran Bahasa Jawa Siswa Kelas V di SD Islam Al-Azhar 25 Semarang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada satupun siswa yang bahasa ibunya bahasa Jawa. Terdapat 22 siswa yang menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia (campuran) sebagai bahasa ibu dan bahasa yang digunakan sehari-hari untuk berkomunikasi. Sisanya, yaitu 8 siswa menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu.
Relevansi dari penelitian diatas dengan penelitian ini adalah pada obyeknya. Penelitian Jehannisa Restya Mahdian mengambil obyeknya pada Siswa Kelas V di SD Islam Al-Azhar 25 Semarang. Sedangkan penelitian ini obyeknya pada santri TPQ Husnul Khotimah.
Siti Rondiyah (2010) menulis skripsi dengan judul Pemerolehan Kalimat Bahasa Jawa Anak Usia 2-4 Tahun di PAUD Cita Mulia Kunduran Kabupaten Blora. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemerolehan kalimat bahasa Jawa pada siswa PAUD Cita Mulia Kunduran meliputi kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah. Pemerolehan bahasa tersebut mempunyai struktur kalimat tunggal yaitu S-P, S-P-Pel, S-P-Pel-K, serta struktur kalimat majemuk yaitu K-S-P-K, S-P-S-P-K, P-K-S-K, dan P-S-S-P-Pel.
Relevansi dari penelitian diatas dengan penelitian ini adalah pada tujuan dan obyeknya. Penelitian Siti Rondiyah bertujuan untuk mengetahui pemerolehan kalimat bahasa Jawa dan obyeknya pada siswa PAUD Cita Mulia Kunduran. Sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu terhadap pemerolehan bahasa Jawa dengan obyeknya pada santri TPQ Husnul Khotimah.
Dari semua penelitian-penelitian yang dipaparkan, jelaslah bahwa penelitian ini belum pernah diteliti oleh orang lain. Namun, penelitian tersebut dapat dijadikan dasar dari penelitian yang akan dikaji peneliti.
6.2 Landasan Teori
Konsep-konsep yang digunakan di dalam membahas topik penelitian ini meliputi (1) perspektif psikolinguistik, (2) pemerolehan bahasa, (3) ragam pemerolehan bahasa (4) tahapan pemerolehan bahasa, (5) pemerolehan bahasa pertama, dan (5) faktor-faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa anak.
6.2.1 Perspektif Psikolinguistik
Menurut Foos (dalam Herman J. Waluyo, 2006:1) psikolinguistik adalah ilmu yang menelaah tentang apa yang diperoleh seseorang, jika mereka melaksanakan proses perolehan bahasa (language acquisition); bagaimana mereka memperoleh bahasa (producing language and speech); bagaimana mereka menggunakan bahasa dalam proses mengingat dari memahami bahasa itu (comprehension and memory). Psikolinguistik berhubungan erat dengan psikologi kognitif, yakni psikologi yang membahasa tentang pemaman dan berfikir.
Dari pengertian yang dinyatakan Foos tersebut dapat dilihat, bahwa psikolinguistik berhubungan dengan: (1) proses perolehan bahasa, (2) proses produksi bahasa, dan (3) proses pemahaman dan ingatan. Dalam proses produksi bahasa dibahas juga proses kerja otak manusia. Dalam hal ini kita berhadapan dengan neorolinguistik. Dalam proses perolehan bahasa, kita dihadapkan juga dengan perkembangan bahasa anak. Dalam proses pemahaman bahasa, kita dihadapkan dengan proses mengingat bahasa, dan keduanya merupakan proses bagaimana seseorang mengerti bahasa.
Psikolinguistik mempelajari faktor-faktor psikologis dan neurobiologis yang memungkinkan manusia mendapatkan, menggunakan, dan memahami bahasa. Kajiannya semula lebih banyak bersifat filosofis, karena masih sedikitnya pemahaman tentang bagaimana otak manusia berfungsi. Oleh karena itu psikolinguistik sangat erat kaitannya dengan psikologi kognitif. Penelitian modern menggunakan biologi, neurologi, ilmukognitif, dan teoriinformasi untuk mempelajari cara otak memproses bahasa.
6.2.2 Pemerolehan Bahasa
Pemerolehan bahasa melibatkan dua keterampilan, yaitu kemampuan untuk menghasilkan tuturan secara spontan dan kemampuan memahami tuturan orang lain. Jika dikaitkan dengan hal itu, maka yang dimaksud dengan pemerolehan bahasa adalah proses pemilikan kemampuan berbahasa, baik berupa pemahaman atau pun pengungkapan, secara alami, tanpa melalui kegiatan pembelajaran formal (Tarigan, 1998).
Selain pendapat tersebut, Kiparsky dalam Tarigan (1988) mengatakan bahwa pemerolehan bahasa adalah suatu proses yang digunakan oleh anak-anak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis dengan ucapan orang tua sampai dapat memilih kaidah tata bahasa yang paling baik dan paling sederhana dari bahasa bersangkutan. Dengan demikian, proses pemerolehan adalah proses bawah sadar. Penguasaan bahasa tidak disadari dan tidak dipengaruhi oleh pengajaran yang secara eksplisit tentang sistem kaidah yang ada di dalam bahasa kedua.
Berbeda dengan proses pembelajaran, adalah proses yang dilakukan secara sengaja atau secara sadar dilakukan oleh pembelajar di dalam menguasai bahasa. Adapun karakteristik pemerolehan bahasa menurut Tarigan (1998) adalah:
  1. berlangsung dalam situasi informal, anak-anak belajar bahasa tanpa beban, dan di luar sekolah;
  2. pemilikan bahasa tidak melalui pembelajaran formal di lembagalembaga pendidikan seperti sekolah atau kursus
  3. dilakukan tanpa sadar atau secara spontan; dan
  4. dialami langsung oleh anak dan terjadi dalam konteks berbahasa yang bermakna bagi anak.
Tarigan mengemukakan bahwa perkembangan bahasa anak ditandai oleh keseimbangan yang dinamis atau suatu rangkaian kesatuan yang bergerak dari bunyi-bunyi atau ucapan yang sederhana menuju tuturan yang lebih kompleks.
Pemerolehan bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi ke-3 (2003:797), kata “pemerolehan” bermakna proses, cara, perbuatan memperoleh, sedangkan kata “bahasa” bermakna sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri.
Pemerolehan bahasa (language acquisition) atau akuisisi bahasa menurut Maksan (1993:20) adalah suatu proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh seseorang secara tidak sadar, implisit, dan informal. Lyons (1981:252) menyatakan suatu bahasa yang digunakan tanpa kualifikasi untuk proses yang menghasilkan pengetahuan bahasa pada penutur bahasa disebut pemerolehan bahasa. Artinya, seorang penutur bahasa yang dipakainya tanpa terlebih dahulu mempelajari bahasa tersebut.

6.2.3 Ragam Pemerolehan Bahasa
Ragam atau jenis pemerolehan bahasa menurut Tarigan (1988) dapat ditinjau dari berbagai sudut pandangan, antara lain:
a.       berdasarkan bentuk
b.      berdasarkan urutan
c.       berdasarkan jumlah
d.      berdasarkan media
e.       berdasarkan keaslian
Ditinjau dari segi bentuk, dikenal ragam:
a.       pemerolehan bahasa pertama
b.      pemerolehan bahasa kedua
c.       pemerolehan-ulang.
Ditinjau dari segi urutan, dikenal ragam:
a.       pemerolehan bahasa pertama
b.      pemerolehan bahasa kedua
Ditinjau dari segi jumlah, dikenal ragam:
a.       pemerolehan satu bahasa
b.      pemerolehan dua bahasa
Ditinjau dari segi media, dikenal ragam:
a.       pemerolehan bahasa lisan
b.      pemerolehan bahasa tulis
Ditinjau dari segi keaslian atau keasingan, dikenal ragam:
a.       pemerolehan bahasa asli
b.      pemerolehan bahasa asing
Apabila ditinjau dari segi keserentakan atau keberurutan, pada dasarnya
pemerolehan dua bahasa oleh seorang anak dapat terjadi dalam dua cara, yaitu:
a.       pemerolehan bahasa secara serentak
b.      pemerolehan bahasa secara berurut
Pemerolehan serempak dua bahasa terjadi pada anak yang dibesarkan dalam masyarakat bilingual (menggunakan dua bahasa dalam berkomunikasi) atau dalam masyarakat multilingual (menggunakan lebih dari dua bahasa). Anak mengenal, mempelajari, dan menguasai kedua bahasa secara bersamaan. Sedangkan pemerolehan berurut dua bahasa terjadi bila anak menguasai dua bahasa dalam rentang waktu yang relatif berjauhan (Tarigan, 1988 dan Tarigan, 1998).
6.2.4 Tahapan Pemerolehan Bahasa
Kemampuan berbahasa anak tidak diperoleh secara tiba-tiba atau sekaligus, tetapi bertahap. Kemajuan berbahasa mereka berjalan seiring dengan perkembangan fisik, mental, intelektual, dan sosialnya. Perkembangan bahasa anak ditandai oleh keseimbangan dinamis atau suatu rangkaian kesatuan yang bergerak dari bunyi-bunyi atau ucapan yang sederhana menuju tuturan yang lebih kompleks.
Berikut ini tahapan-tahapan anak memperoleh bahasa ketika hidup dilingkungan sosial masyarakat.

a.       Tahap Pralinguistik
Seorang bayi mulai mengenal kata melalui beberapa tahapan yang hampir sama. Menurut Kaplan (dalam Dawud, 2008: 111) bahwa urutan tahapan perkembangan pralinguistik pada anak dapat kita kenali sebagai berikut. Pertama, Tangisan; anak sejak lahir sudah belajar bahasa yaitu melalui tangisannya. Sebelum lahir pun anak sudah belajar bahasa, hanya saja belum dapat kita lihat dan dengarkan kemampuan verbal secara nyata. Baru setelah lahir dapat kita amati proses belajar bahasa anak melalui tangisan. Kedua, Vokalisasi; anak setelah umur satu bulan sudah mengembangkan vokalisasi yang berbeda dengan tangisan. Ciri penanda vokalisasi adalah variasi vokal yang berbeda antara tahap tangisan. Ketiga; Ocehan; anak umur setengah tahun sudah memulai dengan ocehan kombinasi konsonan dan vokal sudah mulai tampak. Keempat, ujaran terpola; umur satu tahun anak mulai berkata dengan pola ujaran yang benar dalam satu kata permulaan.
b.      Tahap Pemerolehan Kata
Pemerolehan kata sangat dipengaruhi kehidupan sosial anak. Kajian pemerolehan kosakata biasanya difokuskan pada pemerolehan kata, ujaran, makna kata dan penggunaannya. Seorang anak akan menyimpan kosakata baru yang sering didengar, dilihat, ditemui, dialami dan dirasakannya, sedangkan kosakata yang jarang didengarnya akan dilupakan seiring dengan pertumbuhannya. Oleh karena itu, seorang anak yang di dalam percakapan keluarganya berbahasa Indonesia, akan memperoleh kosakata bahasa Indonesia lebih banyak dan variatif dibandingkan dengan percakapan di keluarga yang berbahasa jawa.
Pemerolehan makna kata pada anak tentunya tidak sekedar diserap secara alami, tetapi anak juga mengalami proses berpikir ketika menggunakannya. Pemaknaan terhadap kata akan semakin baik jika anak tersebut frekuensi pemakainnya lebih banyak. Selain itu pengaruh, lawan bicara, budaya, sosial dan lingkungan sangat mendukung pemerolehan makna kata pada anak.
c.       Tahap Penguasaan Kata dalam Kalimat
Arti penguasaan kata di sini sudah merujuk pada pemahaman dan aplikasi yang nyata. Artinya seorang anak dikatakan benar-benar menguasai kosakata jika dapat memaknai, memilih, dan menggunakan kata secara tepat dalam berkomunikasi. Selain itu, anak juga dapat menerapkan kata tersebut dalam kalimat-kalimat ataupun percakapan dengan orang lain secara komunikatif. Penguasaan kata dalam kalimat pada tahap ketiga ini juga dapat dikatakan bahwa pembalajar sudah mulai menguasai kompetensi pragmatik. Kompetensi pragmatis ini akan terus berkembang seiring dengan tingkat kedewasaan pembelajar bahasa.
6.2.5 Pemerolehan Bahasa Pertama
Bahasa ibu adalah bahas pertama yang dipelajari oleh seseorang dan orangnya disebut penutur asli dari bahasa tersebut. Biasanya seorang anak belajar dasar-dasar bahasa pertama mereka dari keluarga mereka. Kepandaian dalam bahasa asli sangat penting untuk proses belajar berikutnya, karena bahasa ibu dianggap sebagai dasar cara berpikir. Kepandaian yang kurang dari bahasa pertama seringkali membuat proses belajar bahasa lain menjadi sulit. Oleh karena itu bahasa ibu memiliki peran penting dalam memperoleh bahasa kedua.
6.2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan dan Pemerolehan Bahasa Anak
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pemerolehan bahasa, di antaranya menurut Tarigan (2000: 1.21); Fisher & Terry
(1982: 69-70) adalah sebagaimana dikemukakan berikut ini.
  1. Faktor Biologis
Frisher & Terry mengemukakan bahwa salah satu pandangan yang cenderung melihat faktor biologi dalam pemerolehan bahasa adalah Lenneberg, yang menguraikan dasar-dasar biologis yang memungkinkan manusia menjadi manusia karena bahasanya. Menurutnya bahasa merupakan proses evolusioner dan secara genetis sebagai dasar kapasitas berbahasa pada manusia secara turun temurun. Dengan demikian, setiap anak yang lahir telah dilengkapi dengan kemampuan kodrati atau alami yang memungkinkannya menguasai bahasa. Potensi alami itu bekerja secara otomatis, Chomsky (Tangan, 2000) menyebutnya sebagai potensi yang terkandung dalam perangkat biologis anak dengan istilah Piranti Pemerolehan Bahasa (Language Acquisüion Devices). LAD adalah struktur mental yang secara internal dimiliki oleh setiap manusia, yang bersifat kodrati atau bawaan (innate) dan terdapat di benak manusia secara abstrak.
  1. Faktor Lingkungan Sosial
Untuk memperoleh kemampuan berbahasa, seorang anak memerlukan orang lain untuk berinteraksi dan berkomunikasi. Anak yang secara sengaja dicegah untuk mendengarkan sesuatu atau menggunakan bahasanya untuk berkomunikasi, tidak akan memiliki kemampuan berbahasa. Alasannya, karena bahasa yang diperoleh anak tidak diwariskan secara genetis atau keturunan, tetapi didapat dalam lingkungan yang menggunakan bahasa. Atas dasar itu, maka menurut Tarigan (2000: 1.23) anak memerlukan orang lain untuk mengirimkan dan menerima tanda-tanda suara dalam bahasa itu secara fisik. Anak memerlukan contoh atau model berbahasa, respon atau tanggapan, serta teman untuk berlatih dan beruji coba dalam belajar bahasa dalam konteks yang sesungguhnya. Dengan demikian, lingkungan sosial tempat anak tinggal dan tumbuh seperti keluarga dan masyarakat merupakan salah satu faktor utama yang menentukan perkembangan dan pemerolehan bahasanya.
  1. Faktor Inteligensi
Intelektual adalah daya atau kemampuan anak dalam berpikir atau bernalar. Intelegensi ini bersifat abstrak dan tidak dapat diamati secara langsung. Pemahaman tentang tingkat intelegensi seseorang hanya dapat disimpulkan melalui perilakunya. Sesungguhnya, semua anak baik yang bernalar tinggi, sedang, ataupun rendah, pada umumnya dapat belajar dan memperoleh bahasa dengan sukses. Perbedaannya terletak pada jangka waktu dan tingkat kreativitas. Anak yang berintelegensi tinggi, tingkat pencapaian bahasanya lebih cepat, lebih banyak, dan lebih bervariasi khasanah bahasanya daripada anak-anak yang mempunyai kemampuan bernalar sedang maupun rendah.
  1. Faktor Motivasi
Dalam belajar bahasa, seorang anak tidak terdorong demi bahasa sendiri. Mereka belajar bahasa karena kebutuhan dasar yang bersifat praktis, seperti lapar, haus, serta perlu perhatian dan kasih sayang Goodman; Tompkins & Hoskisson (Tangan, 2000:1.27). Inilah yang disebut motivasi instrinsik yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri. Untuk itulah mereka memerlukan komunikasi dengan sekitarnya. Kebutuhan komunikasi itu ditujukan agar dia dapat dipahami dan memahami guna mewujudkan kepentingan dirinya. Selain adanya dorongan dari dalam, alasan lain untuk berbahasa dalam perkembangannya anak merasakan bahwa komunikasi bahasa yang dilakukannya membuat orang lain senang dan gembira sehingga anak pun kerap menerima pujian dan respon baik dari mitra bicaranya. Kondisi ini memacu anak untuk belajar dan menguasai bahasanya lebih baik, dan inilah yang dikenal dengan motivasi ekstrinsik.

VII.          METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian merupakan sesuatu yang penting di dalam sebuah penelitian. Metode dipandang sebagai pedoman atau petunjuk singkat yang berguna bagi peneliti. Oleh karena itu penelitian ini fokus pada dimensi pemerolehan bahasa Jawa tokoh utama, maka objek penelitian ini berfokus pada pemerolehan bahasa Jawa, terutama yang terkait dengan tokoh utama.
7.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikolinguistik, yaitu pendekatan penelitian yang membahas bagaimana sebenarnya para pemakai bahasa membentuk atau mengerti kalimat-kalimat bahasa tersebut. sehingga proses-proses mental dalam pemakaian bahasa dapat terungkap.
7.2 Data dan Sumber Data
Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penyediaan data. Data adalah hasil pencatatan penelitian, baik berupa fakta maupun berupa angka yang dijadikan bahan    untuk menyusun suatu informasi (Arikunto, 1992: 91-92).
Data dalam penelitian kualitatif berwujud konsep-konsep, kategori-kategori yang bersifat abstrak yang sukar diangkakan (Satoto, 1988:18). Data penelitian ini berupa cuplikan-cuplikan yang berkaitan dengan pengaruh bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu terhadap pemerolehan bahasa Jawa santri TPQ Husnul Khotimah. Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Sumber Data Primer
            Sumber data primer merupakan sumber data pelengkap yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data-data bersumber dari buku-buku acuan yang berhubungan dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian.
b. Sumber Data Sekunder
            Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber data penyelidik untuk keperluan penelitian (Surachmad, 1990:103). Sumber data sekunder penelitian ini adalah santri TPQ Husnul Khotimah.
Semi (1993:32) mengatakan, bahwa apabila objek penelitian tidak ada, maka tentu saja penelitian tidak akan pernah ada. Oleh sebab itu, objek penelitian itu penting bahkan merupakan jiwa penelitian. Adapun objek penelitian ini adalah pengaruh bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu terhadap pemerolehan bahasa Jawa santri TPQ Husnul Khotimah.
            Penelitian ini dilakukan di TPQ Husnul Khotimah pada bulan Desember dan Januari, khususnya ketika mengaji. Tempat tersebut adalah tempat dimana santri melakukan kewajibannya sebagai santri. Alasan dipilihnya santri TPQ Husnul Khotimah sebagai obyek kajian adalah adanya penggunaan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi. Selain itu, di tempat tersebut merupakan tempat berkumpulnya anak-anak kecil.
VIII.       METODE PENELITIAN
8.1 Metode Pengumpulan Data
Peneliti dalam memperoleh data melalui teknik observasi, teknik wawancara, teknik sadap dan teknik cakap.
8.1.1 Teknik Observasi atau Pengamatan
            Observasi atau pengamatan digunakan untuk mengamati tuturan-tuturan peminta-minta secara langsung di lokasi penelitian. Pengamatan tersebut dilengkapi dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen yang selanjutnya dimasukkan dalam kartu data (Arikunto, 1992:234).
Peneliti dalam melakukan observasi dengan datang langsung ke tempat obyek penelitian, kemudian peneliti mencatat apa saja hal-hal penting yang ada dalam pengamatan tersebut. langkah-langkah dalam melakukan observasi yaitu: mempersiapkan alat yang dibutuhkan, datang ke lokasi pengamatan, pengambilan data, dan menganalisis data.
8.1.2 Wawancara
Teknik wawancara ini dilakukan secara lisan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan tingkat pendidikan orang tua dan perilaku yang dilakukan kaitannya dengan bahasa yang digunakan untuk berinteraksi dalam keluarganya dengan cara memberikan beberapa pertanyaan yang diajukan kepada orang tua anak, hal ini dilakukan untuk mempermudah memperoleh data.
8.1.3 Teknik Sadap
            Teknik sadap merupakan teknik dasar yang digunakan dalam metode simak. Metode simak merupakan metode yang digunakan dalam penyediaan data dengan cara melakukan penyimakan penggunaan bahasa (Mahsun, 2005:218). Teknik ini dilakukan dengan memvideo peristiwa tutur tersebut dan membuat catatan yang berupa informasi tambahan yang tidak diperoleh melalui kegiatan pemvideoan.
8.1.4 Teknik Cakap
            Teknik cakap adalah teknik pemerolehan data dengan cara melakukan percakapan dengan penutur sebagai narasumber (Mahsun, 2005:226). Teknik cakap ini menggunakan teknik lanjutan yaitu teknik pancing. Dalam hal ini, tentu saja percakapan itu dikenali oleh peneliti dan diarahkan sesuai dengan kepentingannya, yaitu memperoleh data sesuai dengan yang dikendaki atau diharapkan ada (Sudaryanto, 1993:138). Pelaksanaan teknik cakap juga dapat diikuti dengan teknik rekam dan catat. Hal ini dimaksudkan agar mudah dalam menganalisis data.
8.2 Metode Analisis Data
            Metode dalam menganalisis data pada penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Prosedur ini menghasilkan temuan yang diperoleh dari data-data yang dikumpulkan dengan menggunakan beragam sarana. Sarana tersebut meliputi pengamatan dan wawancara, tetapi juga mencakup dokumen, buku, kaset video, dan lain sebagainya ( Corbin, 2003: 4-5).
Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan, orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Taylor dalam Aminudin, 1990:14).
8.3 Metode Penyajian Data
            Langkah selanjutnya yang dilakukan penelitit setelah selesai menganalisis data adalah memaparkan hasil temuan. Pemaparan mencakup semua hal yang telah didapatkan di lapangan. Menurut Sutopo (2002:89), menyatakan bahwa penyajian data merupakan bagian dari suatu analisis.



DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik: Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta.
Corbin, Juliet dan Anselm Strauss. 2003. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dardjowidjojo, Soejono. 2008. Psikolinguistik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Harras, Kholid A. 2009. Dasar-Dasar Psikolinguistik. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Press.
Lexy, Moleong J. 1990. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mahdian, Jehannisa Restya. 2010. Pengaruh Bahasa Ibu Terhadap Kemampuan Penguasaan Kosakata dalam Pembelajaran Bahasa Jawa Siswa Kelas V di SD Islam Al-Azhar 25 Semarang. Skripsi. Jurusan Bahasa dan sastra Jawa UNNES, Semarang.
Moeliono, Anton M. 1985. Pengenbangan dan Pembinaan Bahasa. Jakarta: Djambatan.
Mulyana, Deddy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nababan, Subyakto. 1992. Psikolinguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Rondiyah, Siti. 2010. Pemerolehan Kalimat Bahasa Jawa Anak Usia 2-4 Tahun di PAUD Cita Mulia Kunduran Kabupaten Blora. Skripsi. Jurusan Bahasa dan sastra Jawa UNNES, Semarang.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara.
Suratno. 2009. Pengaruh Bimbingan Keluarga Terhadap Prestasi Belajar Bahasa Jawa pada Siswa Kelas VII SMP N 2 Rembang Kec. Rembang Kab. Purbalingga. Skripsi. Jurusan Bahasa dan sastra Jawa UNNES, Semarang.
Tarigan, Henry Guntur. 1988. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung: Angkasa.
. 1989. Pengajaran Kosakata. Bandung: Angkasa.
. 1986. Psikolinguistik. Bandung: Angkasa.
Wiyati, Samsunu. 2005. Psikolinguistik. Bandung: Rafika Aditama.

Yudibrata, Karna, dkk. 1997. Psikolinguistik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar