Kamis, 03 Juli 2014

Sistem dan Ciri-Ciri Numeralia

BAB I
   PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

            Kategori kata yang biasanya sulit ditentukan identitasnya oleh para ahli tata bahasa bukan hanya ahli bahasa jawa saja adalah kategori kata yang disebut dengan numeralia atau kata bilangan. Dilihat dari namanya kata itu berkorespondensi dengan verba. Akan tetapi pada kenyataannya kata itu berkorespondensi dengan kata lain seperti adjektiva. Bahkan bukan hanya dengan kata tetapi klausapun dimungkinkan berkorespondensi. Numeralia hadir langsung dalam berbagai tataran lingual dan menjalankan peranannya dalam tataran itu. Maka tidak heran manakala numeralia di satu pihak sering dikacaukan dengan keterangan yaitu salah satu fungsi sintaksis, dan di pihak lain dikacaukan pula dengan misal adjektiva karena bentuknya.
            Didalam buku Tata Bahasa Baku Indonesia (1988:223) memaparkan dalam hal ini banyak kesamaan dasar dengan apa yang berada dalam bahasa jawa-numeralia dapat ditentukan sebagai kata yang memberi keterangan pada verba,adjektiva,nomina predikatif atau nomina yang menempati P, dan kalimat.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan numeralia?
2.      Apa ciri-ciri numeralia?
3.      Bagaimana sistem morfologis numeralia?

C.    Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui apa itu numeralia.
2.      Untuk mengetahui apa ciri-ciri numeralia.
3.      Untuk mengetahui bagaimana sistem morfologis numeralia.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Batasan dan Ciri Numerelia
            Numerelia adalah kata yang digunakan untuk membilang hal yang diacuh nomina. Oleh karena itu, numerelia lazim disebut dengan “kata bilangan”. Hal yang diacuh numerelia terbatas pada hal yang terdapat dihitung jumlahnya, baik yang bersifat maujud-seperti manusia, binatang, atau barang-maupun yang bersifat konsep.
            Frasa wong loro “dua orang” terdiri atas wong  (nomina) dan  loro (numeralia). Demikian pula, frasa setengah jam “setengah jam”, sawetara dina “beberapa hari”, dan “pirang-pirang sasi “berbulan-bulan” juga berkonstituen numerelia yaitu setengah, sawetara, dan pirang-pirang.
             Ada dua ciri yang dapat dipergunakan untuk mengenali numeralia, yaitu cairi morfemis dan ciri sintaksis. Ciri morfemis dikenali melalui bentuk-bentuk numeralia; ciri sintaksis dikenali melalui perilakunya dalam tataran frase dan klausa. Hal itu terlihat pada penjelasan berikut.
2.1.1        Numeralia dapat berangkai dengan nomina. Jika terletak disebelah kiri nomina, numeralia menggunakan pengikat (ligatur) – ng/ang (bagi numeralia dibawah angka 10 kecuali enem “enam”), yang berfungsi mengikat hubungan antara numeralia dan nomina atau numeralia dengan numeralia. Numeralia letak kiri (dengan pengikat) muncul jika digunakan bersama-sama dengan nominal penunjuk satuan ukuran atau dengan satuan bilangan.
Contoh:
Limang piring “lima piring”                           (e)nem bungkus “enam bungkus)
Patang pethi “empat peti ”                             pitung meter “tujuh meter”
Rong dina “dua hari”                          sangang kilogram “sembilan kilogram”
Telung dina “tiga hari”                                   wolung karung “delapan karung”
Telung puluh “tiga puluh”                              wolung atus “delapan ratus”

Jika terletak disebelah kanan nomina, numeralia tidak memerlukan pengikat (ligatur).
Contoh:
Buku telu “tiga buah buku”
            Gelas pitu “tujuh buah gelas”
Kursi papat “empat kursi”
Lemari loro “dua almari”
Wong siji “satu orang

Hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan numeralia letak kiri ialah faktor-faktor yang menentukan kemunculan pengikat (ligatur). Dalam hal ini , pengikat –ng muncul jika numeralia (yang letak kiri itu) berakhir dengan vokal (telu -> telung), sedang partikel –ang muncul jiika numeralia berakhir dengan konsonan papat->patang). Pengecualian terjadi pada numeralia (e)nem ‘enam’. Numeralia enem tidak memerlukan  partikel pengikat (literatur) karena sudah berakhir dengan konsonan /m/. Numeralia siji ‘satu’ tidak pernah terletak di sebelah kiri nomina. Sebagai gantinya digunakan prefiks sa- yang berfariasi dengan se-, misalnya sagenthong ‘satu tampeyan’, segelas ‘satu gelas’.
2.1.2        Numeralia dapat berangkai dengan kata mbaka ‘demi ....’
Contoh:
Mbaka siji ‘satu per satu, satu demi satu’
Mbaka telu ‘per satuan yang masing-masing terdiri atas tiga
Ping sethithik ‘sedikit demi sedikit’
2.1.3        Numeralia dapat berangkai dengan kata ping/kaping ‘kali’.
Contoh:
Kaping wolulas ‘delapan belas kali’
Kaping sanga ‘sembilan kali’
Ping papat ‘ empat kali’
Ping akeh ‘berkali-kali’
2.2 Bentuk Numeralia
            Jika dilihat dari bentuknya, numeralia dapat digolongkan menjadi dua, yaitu numeralia monomorfemis dan numeralia polimorfrmis.
2.2.1 Numeralia Monomorfermis
            Numeralia monofermis adalah numeralia yang terdiri atas satu morfem. Numeralia monofermis ini sudah menunjuk kuantitas sesuatu (baik yang bersifat maujud yang konseptual) tanpa mengalami proses morfemis. Numeralia monofermis dalam bahasa Jawa terdiri atas numeralia nol ‘nol’ sampai dengan sanga ‘sembilan’ seperti berikut.
            Ngoko                                                             Krama
            (e)nol                                                   nol ‘nol’
            Siji (sa-)                                               setunggal ‘satu’
            Loro                                                    kalih ‘dua’
            telu                                                      tiga  ‘tiga’
            papat                                                   sekawan ‘empat’
lima                                                     gangsal ‘lima’
            (n)enem                                               (n)enem ‘enam’
            Pitu                                                      pitu ‘tujuh’
            Wolu                                                    wolu ‘delapan’
            Sanga                                                  sanga ‘sembilan’
            Jika ditulis dengan lambang, numeralia monofermis itu digambarkan dengan angka, yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9.
2.2.2 Numeralia Polimorfemis
            Numeralia polifermis dibentuk melalui beberapa proses morfemis, yaitu (1) afiksasi yang menghasilkan numeralia berafiks; (2) pengulangan yang menghasilkan numeralia ulang; dan (3) pemajemukan yang menghasilkan numeralia majemuk.
2.2.2.1 Numeralia Berafiks
            Berdasarkan distribusi afiks pada bentuk dasarnya, numeralia berafiks dibedakan menjadi tiga macam.
1.      Numeralia berprefiks, yaitu numeralia dengan tambahan aafiks di depan bentuk dasar.
Contoh:
Mapat (papat ‘empat’+ N-) ‘masing-masing satuan terdiri atas empat’
Mitu (pitu ‘tujuh’+ N-) ‘masing-masing satuan terdiri atas tujuh’
Nelu (telu ‘tiga’+ N-) ‘masing-masing satuan terdiri atas tiga’
Nglima (lima ‘lima’+ N-) ‘masing-masing satuan terdiri atas lima’
Ngloro (loro ‘dua’+ N-) ‘masing-masing satuan terdiri atas dua’
Nyiji (siji ‘satu’+ N-) ‘masing-masing satu’

2.      Numeralia bersifiks, yaitu nemeralia dengan tambahan afiks di belakang bentuk dasar.
Contoh:
Limaa (lima ‘lima’+ -a) ‘meskipun lima’
Papata (papat ‘empat’+ -a) ‘meskipun empat’
Piton (pitu ‘tujuh’+ -an) ‘satuan berjumlah tujuh’
Sangan (sanga ‘sembilan’+ -an) ‘satuan berjumlah sembilan’
Telua (telu ‘tiga’+ -a) ‘meskipun tiga’
Wlon (wolu ‘delapan’+ -an) ‘satuan berjumlah delapan’

3.      Numeralia berkonfiks, yaitu numeralia dengan tambahan konfiks pada bentuk dasar.
Contoh:
Sakloron (ngoko) (loro ‘dua’+ sa-/-an) ‘berdua’
Sekalian (krama) (kalih ‘dua’+ sa-/-an) ‘berdua’
Sakabehan (kabeh ‘semua’+ sa-/-an) ‘semuanya’
2.2.2.2 Numeralia Bentuk Ulang
            Dengan melihat cara pengulangan bentuk dasarnya, numeralia bentuk ulang dapat dibedakan menjadi tiga macam.
1.      Numeralia ulang penuh, yaitu numeralia yang bentuk dasarnya diulang secara keseluruhan. Numeralia ini ada dua macam.
(1)   Numeralia ulang penuh tanpa perubahan vokal.
Contoh:
Akeh-akeh (akeh ‘banyak’ + U) ‘banyak-banyak’
Loro-loro (loro ‘dua’ + U) ‘dua-dua’
Papat-papatb(papat ‘empat’ + U) ‘empat-empat’
Siji-siji (siji ‘satu’ + U) ‘satu-satu’
Telu-telu (telu ‘tiga’ + U) ‘tiga-tiga’
(1)   Numeralia ulang penuh dengan perubahan vokal.
Contoh:
Lima-lima (lima ‘lima’ + Upv) ‘berulang-ulang mengatakan lima (tidak ajek)’
Loro-loro (loro ‘dua’ + Upv) ‘berulang-ulang mengatakan loro (tidak ajek)’
Sija-siji (siji ‘satu’ + Upv) ‘berulang-ulang mengatakan siji (tidak ajek)’
Tela-telu (telu ‘tiga’ + Upv) ‘berulang-ulang mengatakan telu (tidak ajek)’
2.      Numeralia ulang parsial, yaitu numeralia hasil pengulangan konsonan awal bentuk dasar dengan penambahan vokal /ǝ/.
Contoh:
Lelima (lima ‘lima’ + Up) ‘kelima-limanya (tanpa kecuali)’
Leloro (loro ‘dua’ + Up) ‘kedua-duanya (tanpa kecuali)’
Pepitu (pitu ‘tujuh’ + Up) ‘ketujuh-tujuhnya (tanpa kecuali)’
Tetelu (telu ‘tiga’ + Up) ‘ketiga-tiganya (tanpa kecuali)’
Jika suku pertama bentuk dasar numeralia itu bervokal /ǝ/, numeralia ulang persial tidak mengalami penambhan vokal, misalnya numeralia tetelu di atas.
2.2.2.3 Numeralia Bentuk Majemuk
            Berdasarkan konstituen pembentuknya, numeralia majemuk dapat dibedakan menjadi dua macam.
1.      Konsituen pembentukannya berupa morfem asal plus morfem pangkal.
Contoh: 
Limalas (lima ‘lima’ + las ‘belas’) ‘lima belas’
Pitulas (pitu ‘tujuh’ + las ‘belas’
            Sangalas (sanga ‘sembilan’ + las ‘belas’) ‘sembilan belas’
            Telulas (telu ‘tiga + las ‘belas’) ‘tiga belas’
2.      Konstituen pembentuknya berupa morfem pangkal plus morfem pangkal.
Contoh:
            Patang puluh (patang ‘empat’ + puluh ‘puluh’) ‘empat puluh’
            Pitung pulung (pitung ‘tujuh’ + puluh ‘puluh’) ‘tujuh puluh’
            Rong puluh (tong ‘dua’ + puluh ‘puluh’) ‘dua puluh’
            Telung puluh (telu ‘tiga’ + puluh ‘puluh’) ‘tiga puluh’
2.2.2.4  Numeralia Bentuk Kombinasi
            Berdasarkan proses pembentukannya, numeralia kombinasi dapat dibedakan menjadi dua macam, sebagai berikut.
1.      Kombinasi antara afiksasi dan pengulangan secara serempak.
Contoh:
            Makethi-kethi (kethi ‘seratus ribu’ + ma-/- U) ‘beratus-ratus ribu’
            Maӗwu-ӗwu (ӗwu ‘seribu’ + ma-/- U) ‘beribu-ribu’
            Mayuta-yuta (yuta ‘juta’ + ma-/- U) ‘berjuta-juta’
            Yuta-yutanan (yuta ‘juta’ + -an/ -U) ‘berjuta-juta’
2.      Kombinasi antara afiksasi dan pemajemukan secara serempak.
Contoh:
            Kapat sasur (pat sasur + ka-) ‘tiga puluh lima’
            Karo belah (loro belah ‘dua belah’ + ka-) ‘seratus lima puluh’
            Saprowolon (prowolu ‘perdelapan’ + sa-/-an) ‘seperdelapan’
2.3.  Subkategorisasi Numeralia Berdasarkan Referennya
            Berdasarkan referennya, numeralia dibedakan menjadi tiga macam, yaitu (1) numeralia pokok, (2) numeralia pecahan, dan 930 numeralia tingkat.
2.3.1 Numeralia Pokok
            Numeralia pokok adalah bilangan dasar yang menjadi sumber dari bilangan-bilangan yang lain. Numeralia pokok terbagi menjadi (a) numeralia pokok tentu, (b) pokok tertentu, (c) pokok kolektif, (d) pokok distributif, dan (e) pokok klitika.
2.3.1.1 Numeralia Pokok Tentu
            Numeralia pokok tentu mengacu ke bilangan pokok dan dapat menjawab pertanyaan yang menggunakan pronomina interogatif pria ‘berapa’ dengan jumlah yang pasti. Numeralia jenis ini mangacu pada bilangan nol ‘nol’ sampai tak terhingga. Jika ditinjau dari bentuknya, numeralia pokok tentu ini meliputi bentuk monomerfmis dan polimorfemis.
Contoh:
            Pitu ‘tujuh’                                          telulas ‘tiga belas’
            Wolu ‘delapan’                                   wolulas ‘delapan belas’
            Numeralia pitu dan wolu adalah numeralia monofermis, sedangkan telulas dan wolulas adalah numeralia polifermis yang berupa majemuk. Keempat numeralia itu menyatakan jumlah tertentu dan dapat menjawab pertanyaan yang menggunakan pronomina interogatif pira ‘berapa’
2.3.1.2  Numeralia Pokok Taktentu
            Numeralia pokok tak tentu menyatakan jumlah yang tidak tentu dan tidak dapat menjawab secara pasti pertanyaan yang berarti pira ‘berapa’. Dengan kata lain, numeralia ini tidak mengacu pada bilangan tertentu. Numeraliia ini, antara lain, akèh ‘banyak, sethithik ‘sedikit’, kabèh ‘semua’, sawetara ‘beberapa’, samènè ‘sejumlah sekian ini’.
Contoh:
            Akèh wong ‘banyak orang’
            Dhuwitè pirang-pirang ‘uangnya banyak sekali’
            Kabèh kewan ‘semua binatang’
            Sayur sathithik sayur sedikit’
            Sawetara dina ‘beberapa hari’


2.3.1.3  Numeralia Pokok Kolektif
            Numeralia pokok kolektif adalah numeralia yang menunjukan himpunan, kumpulan, atau kesatuan. Jika kumpulan itu terdiri atas dua, digunakan numeralia sakloron ‘berdua’; seperti aku sakloron ‘kami berdua’. Dalam hal ini, terdapat nomina atau pronomina yang mendahuluinya. Jika nomina atau pronomina tidak hadir, numeralia kolektif yang dipakai ialah yang berbentuk ulang + sufiks –è/-nè, seperti loro-loronè ‘kedua-duanya’, telu-telunè ketiga-tiganya’, lima-limanè ‘kelima-limanya’.
            Didalam bentuk krama dimungkinkan adanya numeralia pokok kolektif berbentuk ulang. Pengulangan ini berupa pengulangan konsonan awal bentuk dasar disertai dengan tambahan vokal /ǝ/.
Contoh:
            Kekalih ‘berdua’
Tetiga ‘bertiga’
Disamping itu terdapat numeralia pokok kolektif yang dibentuk dari bentuk dasar yang berupa bentuk ulang + ma- atau bentuk dasar + -an.
Contoh:
            èwon ‘ribuan’
            mayuta-yuta ‘berjuta-juta’
            yutan ‘jutaan’
2.3.1.4  Numeralia Pokok Distributif
            Numeralia pokok distribusi adalah numeralia yang menunjukkan keterbagian dan kebergiliran. Numeralia ini dibentuk dari numeralia pokok ditambah dengan kata mbaka ‘per, demi’ di sebelah kirinya atau dengan mengulangnya.
Contoh:
            Mbaka siji ‘satu per satu.’                               Siji-siji ‘satu per satu.’
            Mbaka lima ‘lima-lima.’                                  Lima-lima ‘lima-lima.’
            Di samping dengan proses pengulangan, dalam pembentukan numeralia distributif sering disertakan afiks nasal.
Contoh :
1.a. Wong-wong mau oleh panduman siji-siji
“Orang-orang tadi mendapat bagian satu-satu”
b. Wong mau oleh panduman nyiji-nyiji
“Orang-orang tadi mendapat bagian satu-satu”
2.a. Kabeh diwenehi telu-telu
“semua diberi tiga-tiga”
b. Kabeh diwenehi nelu-nelu
“semua diberi tiga-tiga”
3.a. Bocah-bocah padha oleh paringan loro-loro.
“Anak-anak semua mendapat pemberian dua-dua”.
b. Bocah-bocah padha oleh paringan ngloro-ngloro.
“Anak-anak semua mendapat bagian dua-dua”.
2.3.1.5 Numeralia Pokok Klitika
Di samping numeralia pokok yang telah disebutkan di atas, terdapat pula numeralia lain yang dipungut dari bahasa Jawa Kuno.
Contoh :
eka ‘satu’                                                                     sad ‘enam.’
dwi ‘dua’                                                                     sapta ‘tujuh.’
tri ‘tiga’                                                                       hasta ‘delapan’
catur ‘empat’                                                               nawa ‘sembilan..’
panca ‘lima’                                                                dasa ‘sepuluh.’
2.3.2 Numeralia Pecahan
            Numeralia pecahan adalah numeralia yang menyatakan bilangan pecahan. Cara pembentukannya dengan membagi sebuah bilangan pokok. Bilangan pembagi dapat dengan atau tanpa partikel –ng/-ang. Bilangan penyebut dapat tanpa prefiks atau dengan sufiks –an. Di dalam bentuk huruf, pra- dilekatkan pada bilangan yang mengikutinya. Di dalam bentuk angka dipakai pembagi garis yang memisahkan kedua bilangan itu.
Contoh:
Numeralia Pecahan                                       Angka
Seprapat                                                          1/4  ‘seperempat’
Sapralima                                                        1/5 ‘seperlima’
Sapratelon                                                       1/3 ‘sepertiga’
Rongpratelon                                                  2/3 ‘dua pertiga’
Telung prapat                                                  3/4 ‘tiga perempat’
            Bilangan pecahan dapat mengikuti bilangan pokok.
Contoh:
Numeralia Pecahan                                         Angka
Loro seprapat                                                  2 1/4 ‘dua seperempat’
Telu sepralima                                     3 1/5 ‘tiga seperlima’
Papat telungprapat                                         4 3/4 ‘empat tiga perempat’
2. 3.3 Numeralia Tingkat
            Numeralia pokok dapat diubah menjadi numeralia tingkat. Cara mengubahnya dengan menambahkan kaping/ping ‘kali’ atau ka- ‘ke-‘.
1.    Numeralia tingkat dibentuk dengan menambahkan kata kaping/ping ‘kali’ di depan bilangan yang bersangkutan.
Contoh:
       Kaping siji ‘satu kali’                          ping pat ‘empat kali’
       Kaping loro ‘dua kali’                         ping lima ‘lima kali’
       Kaping telu ‘tiga kali’                         ping nem ‘enam kali’
2. Numeralia tingkat dibentuk dengan menambahkan bentuk terikat ka- pada bilangan yang bersangkutan. Khusus untuk bilangan satu dipakai pula kata kapisan.
     Contoh:
     Kasiji/kapisan ‘pertama’                             kanem ‘keenam’
     Kaloro ‘kedua’                                           kapitu ‘ketujuh’
     Katelu ‘ketiga’                                            kawolu ‘kedelapan’
     Kapat ‘keempat’                                         kasanga ‘kesembilan’
     Kalima ‘kelima’                                          kasepuluh ‘kesepuluh’
2.3.4 Numeralia Ukuran
            Subkategori nomina ada yang menyatakan ukuran yang berkaitan dengan jumlah, berat-ringan, atau panjang-pendek, yang disebut numeralia ukuran. Numeralia ukuran itu dapat diikuti numeralia pokok tentu atau numeralia pecahan sehingga terbentuk numeralia majemuk.
Contoh:
Pitung lusin ‘tujuh dosin’
Sepuluh kodhi ‘sepuluh kodi’
Setengah liter ‘setengah liter’
Telung prapat gram ‘tiga perempat gram’
2. 3.5 Numeralia Penggolong
            Di samping pelbagai jenis numeralia di atas, di dalam bahasa Jawa terdapat sejumlah kata yang berfungsi menggolong-golongkan nomina maujud ke dalam kategori tertentu. Sesisir pisang, misalnya, di dalam bahasa Jawa dikatakan gedhang selirang; sehelai benang dikatakan sa(e)ler benang. Kata-kata sejenis itu disebut numeralia penggolong dan dapat diikuti numeralia pokok tentu atau numeralia pecahan. Berikut ini sejumlah numeralia penggolong di dalam bahasa Jawa.
Contoh:
Ajar ‘ulas’ untuk jeruk → (jeruk rong ajar ‘dua ulas jeruk’)
Dhapur ‘rumpun’ untuk bambu, tebu → (pring telung dhapur ‘tiga rumpun bambu’)
(e)las ‘butir’ untuk padi, beras → (beras limang las ‘lima butir beras’)
Glintir ‘gelintir’ untuk tembakau, candu, obat → (obat telung glintir ‘tiga butir obat’)
Lembar ‘lembar’ untuk kertas, daun, kain → (kertas saklembar ‘satu lembar kertas’)
Lirang ‘sisir’ untuk pisang → (gedhang rong lirang ‘dua sisir pisang’)
Pasang ‘pasang’ untuk sepatu, sandal → (sepatu rong pasang ‘dua pasang sepatu’)
Pengadeg ‘setel’ untuk pakaian → (sandhangan supengadeg ‘satu stel pakaian’)
Puluk ‘suap’ untuk nasi → (sega limang puluk ‘lima suap nasi’)
Siyung ‘ulas’ untuk bawang → (bawang saksiyung ‘seulas bawang’)
Tètès ‘tetes’ untuk benda cair → (banyu rong tètès ‘dua tetes air’)
Tundhun ‘tandan’ untuk pisang → (gedhang setengah tundhun ‘setengah tandan pisang’)
Wuli ‘bulir’ untuk padi → (pari telung wuli ‘tiga butir padi’)

2.4. Frasa Numeralia
2.4.1 Pengertian Frasa Numeralia
            Yang dimaksudkan dengan frasa numeralia adalah satuan gramatikal yang keseluruhan distribusinya dapat digantikan oleh konstituennya yang berupa numeralia. Dalam hal ini, numeralia itu menjadi konstituen inti.
Contoh:
1.      a. Reganè waè satus èwu rupiyah.
‘Harganya saja seratus ribu rupiah’.
b.      Reganè waè satus.
‘Harganya saja seratus’.
2.      a. Ingon-ingonè wè (ana) akèh banget.
‘Ternaknya saja ada banyak sekali’.
b.      Ingon-ingonè wè (ana) akèh.
‘Ternaknya saja ada banyak’.
3.      a. Dhuwit iki dipara loro waè.
‘Uang ini dibagi dua saja’.
b.      Dhuwit iki dipara loro.
‘Uang ini dibagi dua’.
4.      a. Dhèwèkè lunga patang sasi kepungkur.
‘Dia pergi empat bulan yang lalu’.
b.      Dhèwèkè lunga patang sasi.
‘Dia pergi empat bulan’.
            Bahwa satuan gramatikal satus èwu rupiyah ‘seratus ribu rupiah’, akèh banget ‘banyak sekali’, loro waè ‘dua saja’, dan patang sasi kepungkur ‘empat bulan yang lalu’ berdistribusi sejajar dengan konstituen satus èwu ‘seratus ribu’, akèh ‘banyak’, loro ‘dua’, dan patang (sasi) ‘empat bulan’ terbukti dengan berterimanya ubahan pada 1b-4b.
2.4.2 Jenis dan Struktur Frasa Numeralia
            Berdasarkan strukturnya, frasa numeralia dapat diperinci menjadi frasa numeralia simpleks dan kompleks. Berdasarkan sifat hubungan antar konstituennya, frasa numeralia dipilah menjadi frasa numeralia koordinatif, modifikatif, dan frasa numeralia apositif.
2.4.2.1 Frasa Numeralia Simpleks
            Yang dimaksud frasa numeralia simpleks adlah satuan gramatikal yang tersusun dari satu atau dua numeralia sebagai konstituen inti (bergantung pada sifat struktur frasa) dan satu konstituen lain sebagai pewatas.
2.4.2.1.1 Frasa Numeralia Simpleks Koordinatif
            Frasa numeralia simpleks koordinatifadalah satuan gramatikal yang dibangun dari tiga konstituen. Dua konstituen berupa numeralia ebagai konstituen inti; satu konstituen yang lain berupa konjungsi. Kedua numeralia yang menjadi konstituen ini dapat berupa numeralia tentu atau numeralia taktentu.
(1) Frasa Numeralia Tentu Simpleks Koordinatif
            Frasa numeralia tentu simpleks koordinatif dibentuk dengan menggabungkan dua numeralia tentu dan sebuah konjungsi. Konjungsi yang digunakan dapat utawa ‘atau’, lan ‘dan’, tekan ‘sampai’, nganti ‘sampai’, atau banjur ‘lalu’.
Contoh:
Lima nganti sanga ‘lima sampai sembilan’
Lima banjur wolu ‘lima lalu delapan’
Loro utawa siji ‘dua atau satu’
Loro lan telu ‘dua dan tiga’
Wolu tekan sepuluh ‘delapan sampai sepuluh’
(2) Frasa Numeralia Taktentu Simpleks Koordinatif
            Frasa numeralia taktentu simpleks koordinatif dibentuk dengan merangkaikan dua numeralia taktentu dan sebuah konjungsi. Konjungsi yang digunakan dapat utawa ‘atau’, lan ‘dan’, tekan ‘sampai’, nganti ‘sampai’, atau banjur ‘lalu’.
Contoh:
Akèh utawa sethithik ‘banyak atau sedikit’
Akèh lan sethithik ‘banyak maupun sedikit’
Atusan banjur èwon ‘ratusan lalu ribuan’
Puluhan nganti atusan ‘puluhan sampai ratusan’
Sepuluh èwonan tekan yutan ‘(se)puluh ribuan sampai jutaan’
2.4.2.1.2 Frasa Numeralia Simpleks Modifikatif
            Frasa numeralia simpleks modifikatif adalah satuan gramatikal yang dibangun dari dua konstituen. Satu konstituen berupa numeralia sebagai konstituen inti dan satu konstituen sebagai pewatas atau modifikator. Numeralia yang menjadi konstituen inti itu dapat berupa numeralia tentu atau numeralia tak tentu.
(1) Frasa Numeralia Tentu Simpleks Modifikatif
            Frasa numeralia tentu simpleks modifikatif dibentuk dengan merangkaikan dua numeralia tentu atau merangkaikan sebuah numeralia tentu dengan sebuah kata lain. Pembentukannnya sebagai berikut.
1. Numeralia tentu dirangkaikan dengan numeralia tentu.
Contoh:
Limang èwu ‘lima ribu’                                   satus sèket ‘seratus lima puluh’
Lima prasepuluh ‘lima persepuluh’                 siji setengah ‘satu setengah’
2. Numeralia tentu dirangkaikan dengan adverbia seperti wis ‘sudah’, meh ‘hampir’, durung ‘belum’.
Contoh:
Durung sapraenem ‘belum seperenam’          mèh sèwu ‘hampir seribu’
Lagi seprapat ‘baru seperempat’                     wis satus ‘sudah seratus’
3. numeralia tentu dirangkaikan dengan nomina
Contoh:
Limang omah ‘lima rumah’                             setengah kilomèter ‘setengah kilometer’
Limang sasi ‘lima bulan’                                 sèwu uwit ‘seribu pohon’
            Pembentukan seperti nomor 3 hanya berlaku jika perincian nomina atau frasa nominal sampai pada pemilahan nomina, pronominal, dan numeralia. Dalam hal ini, numeralia sebagai inti terjadi jika numeralia atau frasa numeralia itu mengisi predikat.
1. a. Limang omah wis ambruk
            ‘lima rumah sudah roboh’.
b. *Omah wis ambruk
            ‘rumah sudah roboh’.
2. a. Sing wis ambruk ora limang omah, nanging nem omah.
            ‘yang sudah roboh bukan lima rumah, melainkan enam rumah’.
b. Sing wis ambruk ora lima, nanging nem (omah).
            ‘yang sudah robh bukan lima, melainkan enam’.
c. Sing wis ambruk dudu omah, nanging kandhang.
            ‘yang sudah roboh bukan rumah, melainkan kandang’.
d. *Sing wis ambruk dudu omah, nanging nem (omah).
            ‘yang sudah roboh bukan rumah, melainkan enam (rumah)’.
(2) Frasa Numeralia Taktentu Simpleks Modifikatif
            Frasa numeralia taktentu simpleks modifikatif dibentuk dengan cara merangkaikan dua numeralia tak tentu atau merangkaikan sebuah numeralia tak tentu dengan sebuah kata lain. Pembentukannya sebagai berikut.
1. Sebuah numeralia tak tentu dirangkaikan dengan numeralia tak tentu yang lain.
Contoh:
            Èwon kabèh (dhuwitè) ‘ribuan semua (uangnya)’.
            Pirang-pirang èwu ‘beribu-ribu’
            Saparengan yuta ‘sebagian juta’
2. Numeralia tak tentu dirangkaikan dengan adverbia seperti wis ‘sudah’, meh ‘hampir’, durung ‘belum’.
Contoh:
            Durung yutan ‘belum jutaan’                          mèh kabèh ‘hampir semua’
            Lagi sawetara ‘baru sebagian’                        wis akèh ‘sudah banyak’
3. Numeralia tak tentu dirangkaikan dengan nomina.
Contoh:
            Akèh uwong ‘banyak orang’                           kabèh omah ‘semua rumah’
            Èwon uwit ‘ribuan pohon’                               pirang-pirang jam ‘berjam-jam’
2.4.2.1.3 Frasa Numeralia Simpleks Apositif
            Frasa numeralia simpleks apositif adalah satuan gramatikal yang sekurang-kurangnya tersusun dari dua konstituen. Satu atau dua konstituen (bergantung pada jenis frasa numeralianya) berupa numeralia sebagai konstituen inti. Satu konstituen yang lain berfungsi sebagai modifikator. Secara referensial, modifikator memiliki acuan yang sama dengan acuan konstituen inti. Oleh sebab itu, konstituen inti dan konstituen modifikator dapat saling menggantikan tanpa menyebabkan terjadinya peluasan atau penyempitan informasi.
Contoh:
1.      Leloronè, jago keprukè, gagè nemoni aku.
‘dua-duanya, tukang pukulnya, segera menemui aku’.
2.      Tetelunè, adhiku, ditimbali dèning Bapak.
‘ketiganya, adik saya, dipanggil oleh Ayah’.
3.      Kabèh, anak-anakè, wis padha nyambut gawè.
‘semua, anak-anaknya, sebuah bekerja’.
2.4.2.2 Frasa Numeralia Kompleks
            Frasa numeralia kompleks adalah satuan gramatikal yang dibangun dari sekurang-kurangnya sebuah frasa numeralia simpleks dan sebuah konstituen lain atau frasa numeralia simpleks modifikatif yang dikoordinatifkan. Jadi, berkebalikan dengan frasa numeralia simpleks, salah satu konstituen dari frasa numeralia kompleks selalu berupa frasa. Berdasarkan jenisnya, frasa numeralia kompleks dapat diperinci menjadi frasa numeralia kompleks koordinatif, modifikatif, dan frasa numeralia kompleks apositif.
2.4.2.2.1 Frasa Numeralia Kompleks Koordinatif
            Frasa numeralia kompleks koordinatif adalah satuan gramatikal yang sekurang – kurangnya tersusun dari frasa numeralia simpleks dan sebuah konstituen lain atau dua frasa numeralia simpleks modikatif yang dikoordinatifkan. Konstituen yang berupa frasa numeralia menjadi konstituen inti dan konstituen yang lain sebagai modifikator. Konstituen yang berupa frasa numeralia dapat berupa frasa numeralia tentu simpleks koordinatif maupun frasa numeralia tak tentu simpleks koordinatif. Konstituen yang berfungsi sebagai modifikator dapat berupa adverbia atau nomina. Pembentukan frasa numeralia kompleks koordinatif sebagai berikut.
1.      Sebuah frasa numeralia simpleks koordinatif dirangkaikan dengan sebuah atau beberapa adverbia.
Contoh :
isih atusan utawa malah wise won ‘masih ratusan atau malah sudah ribuan’
kudu akeh utawa sethithik ‘harus banyak atau sedikit’
lagi saprotelon tekan rongprotelon ‘baru sepertiga sampai dua pertiga’
mung lima utawa pitu ‘hanya lima atau tujuh’
mung lagi lima utawa pitu ‘hanya baru lima atau tujuh saja’
tetep kethen tekan yutan ‘tetep seratus ribuan atau jutaan’
tetep atusan nganti ewon wae ‘tetap ratusan sampai ribuan saja’
wolu tekan sepuluh wae ‘delapan sampai sepuluh saja’
2.      Sebuah frasa numeralia simpleks koordinatif dirangkaikan dengan nomina.
Contoh :
atusan banjur ewon wong ‘ratusan lalu ribuan orang’
nem utawa wolung omah  ‘enam atau delapan rumah’
seket nganti sewidak wit ‘lima puluh sampai enam puluh pohon’
sepuluh tekan selawe kothak ‘sepuluh sampai dua puluh lima kotak’
3.      Dua frasa numeralia simpleks modifitif atau lebih dirangkaikan secara koordinatif.
Contoh :
pitung atus nganti pitung atus lima ‘tujuh ratus sampai tujuh ratus lima’
rong piring utawa patang piring ‘dua piring atau empat piring’
sauwong utawa limang wong ‘satu orang atau lima orang’
sepuluh meter nganti rolas meter ‘sepuluh meter sampai dua belas meter’
4.      Frasa numeralia simpleks modifikatif yang sekurang – kurangnya dirangkaikan dengan sebuah adverbial.
Contoh :
mung rong atus nganti rong atus telu ‘hanya dua ratus sampai dua ratus tiga’
mung lagi lima utawa nem unting thok ‘hanya baru lima atau enam ikat saja’
ora saomah utawa telung omah ‘tidak satu rumah atau tiga rumah’
sakothak utawa limang kothak wae ‘satu kotak atau lima kotak saja’
                                                           
2.4.2.2.2 Frasa Numeralia Kompleks Modifikatif
            Frasa Numeralia Kompleks Modifikatif adalah satuan gramatikal yang sekurang – kurangnya disusun dari sebuah frasa numeralia simpleks modifikatif dan sebuah konstituen lain. Konstituen yang berupa frasa numeralia menjadi konstituen inti. Konstituen yang berupa frasa numeralia ini dapat berupa bilangan tentu atau tak tentu. Pembentukan frasa numeralia kompleks modifikatif sebagai berikut.
1.      Frasa numeralia tentu dirangkaikan dengan numeralia tentu atau sebaliknya. Contoh :
limang atus ewu ‘lima ratus ribu’
pitung atus sanga ‘tujuh ratus sembilan’
wolu lima saprotelon ‘delapan lima – pertiga’
wolung puluh lima saprotelon ‘delapan puluh lima sepertiga’
2.      Frasa numeralia tentu dirangkaikan dengan adverbia seperti wis ‘sudah’, meh ‘hampir’, during ‘belum’, lagi ‘baru’. Contoh :
durung lima praenem ‘belum lima perenam’
lagi telu seprapat ‘baru tiga seperempat’
meh sewu satus ‘hampir seribu seratus’
wis satus seket ‘sudah seratus lima puluh’
3.      Frasa numeralia tentu dirangkaikan dengan nomina. Contoh :
lagi limang omah ‘baru lima rumah’
meh sewu uwit ‘hampir seribu pohon’
mung setengah kilometer ‘hanya setengah kilometer’

2.4.2.2.3 Frasa Numeralia Kompleks Apositif
Frasa numeralia kompleks apositif adalah satuan gramatikal yang sekurang – kurangnya tersusun dari sebuah frasa numeralia simpleks apositif dan sebuah konstituen lain. Konstituen yang berupa frasa numeralia simpleks apositif sebagai konstituen inti, konstituen yang lain sebagai modifikator. Contoh :
Mung cah loro, Ardi lan Wawan, sing ketampa ing UGM, ‘hanya dua anak, Ardi dan Wawan, yang diterima di UGM.
Sing aja nganti dilanggar rong prekara, dina weton lan mantenanmu. ‘yang jangan sampai dilanggar dua hal, nama pasaran hari kelahiran dan hari pernikahanmu’
Ora kabeh, watara sapretelon, sing diasta dening Bapak. ‘tidak semuanya, sekitar dua pertiga, yang dibawa oleh Bapak.’
2.4.3 Frasa Numeralia Berdasarkan Hubungan Makna Antarkonstituennya
Berdasarkan hubungan makna antarkonstituennya, frasa numeralia diperinci menjadi frasa numeralia aditif, alternatif, kuantitatif, dan pewatasan.
2.4.3.1 Frasa Numeralia Aditif
Frasa numeralia aditif adalah frasa numeralia yang berhubungan makna antarkonstituennya berupa panambahan. Sebuah atau beberapa konstituen berfungsi sebagai informasi tambahan bagi informasi konstituen yang lain. Frasa numeralia aditif hanya terjadi pada frasa numeralia yang terkonstruksi secara koordinatif. Frasa jenis ini ditandai dengan pemakaian konjungsi seperti lan, uga, sarta, dan karo. Frasa numeralia aditif dibentuk dengan merangkaikan sekurang – kurangnya dua numeralia, baik dengan atau tanpa adverbial, atau dengan merangkaikan dua frasa numeralia modifikatif. Frasa numeralia aditif dapat terjadi pada frasa numeralia tentu maupun tak tentu.
1.      Frasa Numeralia Aditif Tentu
Contoh :
Lagi limang kothak sarta pitung kothak ‘baru lima kotak dan tujuh kotak’
Lima lan enem ‘lima dan enam’
Ping lima lan eneme ‘yang kelima dan keenamnya’
Wis sapi telu sarta wedhus wolu ‘sudah tiga sapi dan delapan kambing’
2.      Frasa Numeralia Aditif Tak Tentu
Contoh :
Atusan, ewon, uga kethen ‘ratusan, ribuan, juga seratus ribuan’
Kethen uga yutan ‘puluhan ribu juga jutaan’
Puluhan, las – lasan, lan likuran ‘puluhan, belasan, dan dua puluhan’
Sithik lan akeh ‘sedikit dan banyak’
Yutan karo milyaran ‘jutaan dan milyaran’


2.4.3.2 Frasa Numeralia Alternatif
Frasa numeralia alternatif adalah frasa numeralia yang hubungan makna antarkonstituennya berupa pemilihan. Sebuah atau beberapa konstituen berfungsi sebagai informasi alternatif bagi informasi alternatif bagi informasi konstituen yang lain. Frasa numeralia alternatif terjadi pada frasa numeralia yang terkontruksi secara koordinatif. Frasa jenis ini ditandai dengan pemakaian konjungsi utawa. Frasa numeralia alternatif dapat dibentuk dengan merangkaikan sekurang – kurangnya dua nemeralia, baik dengan atau tanpa adverbia, atau dengan merangkaikan dua frasa numeralia modifikatif. Frasa numeralia alternatif dapat terjadi pada frasa numeralia tentu maupun tak tentu.
1.      Frasa Numeralia Alternatif Tentu
Contoh :
Arep wolu utawa sanga ‘akan delapan atau sembilan’
Lagi lima utawa sepuluh omah ‘baru lima atau sepuluh rumah’
Lima utawa sepuluh ‘lima atau sepuluh’
Patang puluh utawa patang puluh lima ‘empat puluh atau empat puluh lima’
Patang uwit utawa limang uwit ‘empat pohon atau lima pohon’
2.      Frasa Numeralia Alternatif Tak Tentu
Contoh :
Akeh utawa sethithik ‘banyak atau sedikit’
Arep atusan utawa ewon ‘akan ratusan atau ribuan’
Kabeh utawa saperangan ‘semua atau sebagian’
Lagi puluhan utawa uwis atusan wong ‘baru puluhan atau sudah ratusan orang’
2.4.3.3 Frasa Numeralia Urutan
Frasa numeralia Urutan adalah frasa numeralia yang hubungan antarkonstituennya bermakna kesinambungan. Sebuah atau beberapa konstituen berfungsi sebagai informasi lanjutan dari informasi konstituen yang lain. Frasa numeralia urutan terjadi pada frasa numeralia yang terkonstruksi secara koordinatif. Frasa jenis ini ditandai dengan pemakaian konjungsi banjur, terus, nuli. Frasa numeralia pengurutan dibentuk dengan merangkaikan sekurang – kurangnya dua numeralia, baik denga atau tanpa adverbia, atau dengan merangkaikan dua frasa numeralia modifikatif. Contoh :
Atusan terus ewonan ‘ratusan kemudian ribuan’
Lagi enem banjur wolung uwong ‘baru enam kemudian delapan orang’
Lima banjur enem ‘lima kemudian enam’
Puluhan nuli las – lasan ‘puluhan kemudian belasan’
Sethithik banjur akeh ‘sedikit kemudian banyak’
Wolung sasi terus rong taun ‘delapan bulan kemudian dua tahun’
2.4.3.4 Frasa Numeralia Kepastian
Frasa numeralia kepastian adalah frasa numeralia yang berhubungan antarkonstituennya berupa pemastian. Sebuah atau beberapa konstituen berfungsi memastikan informasi dari informasi konstituen yang lain. Frasa jenis ini ditandai dengan pemakaian adverbia seperti lagi, isih, mung, thok. Frasa numeralia yang bermakna kepastian hanya terjadi pada frasa numeralia tentu modifikatif. Contoh :
Isih lima ‘masih lima’
Lagi sapratelon ‘baru sepertiga’
Mung satus seket ‘hanya seratus lima puluh’
Setengah kilo thok ‘setengah ilo saja’


2.4.3.5 Frasa Numeralia Pembatasan
Frasa numeralia pembatasan adalah frasa numeralia yang hubungan antarkonstituennya saling membatasi. Sebuah atau beberapa konstituen berfungsi sebagai informasi pembatas bagi informasi konstituen yang lain. Frasa jenis ini ditandai dengan pemakaian konjungsi nganti, tekan. Frasa numeralia ini dibentuk dengan merangkaikan dua numeralia tentu, baik dengan atau tanpa adverbia, atau dengan merangkaikan dua frasa numeralia modifikatif. Contoh :
Lagi wolung wungkus tekan rolas wungkus ‘baru delapan bungkus sampai dua belas bungkus’
Limang omah nganti sepuluh omah ‘lima rumah sampai sepuluh rumah’
2.4.4 Fungsi Sintaksis Numeralia dan Frasa Numeralia
Numeralia atau frasa numeralia dapat mengisi beberapa fungsi sintaksis. Fungsi sintaksis yang dapat diisi oleh frasa numeralia, yaitu :
1.      Mengisi fungsi modifikator (sejauh tidak mengisi predikat)
Contoh :
Bocah lima ‘lima anak’
Kertas telung lembar ‘tiga lembar kertas’
Kursi seket lima ‘kursi lima puluh lima’
Wong akeh ‘orang banyak’
2.      Mengisi fungsi predikat
Contoh :
Putrane Pak Karta telu, ‘anaknya Pak Karta tiga’
Adhiku loro ‘adikku dua’
Regane loro setengah yuta ‘harganya dua setengah juta’
Wektu kuwi sawahe Pak Dirham isih pirang – pirang ‘waktu itu sawahnya Pak Dirham masih banyak’
Wong sing teka akeh banget ‘orang yang datang masih banyak’
3.      Mengisi fungsi pelengkap
Contoh :
Omahe tingkat telu ‘rumahnya tingkat tiga’
Dhuwit bathen mau dipara siji sapratelon ‘uang laba itu dibagi menjadi sepertiga’
Sawah tinggalane wong tuwane dipara telu thok ‘sawah warisan orang tuanya hanya dibagi bertiga’
Dheweke mung tuku telung ler ‘dia hanya membeli tiga batang’
4.      Mengisi fungsi keterangan
Contoh :
Putrane didangu siji – siji ‘anaknya ditanyai satu persatu’
Sedina dheweke mung mangan ping pindho ‘sehari dia hanya makan dua kali’
Saben dinane dheweke ngombe obat mau kaping telu ‘setiap hari dia minum obat tadi tiga kali’
Saben saombenan okehe telung sendhok ‘setiap minum banyaknya tiga sendok’
Telung taun maneh sekolahe rampung ‘tiga tahun lagi sekolahnya selesai’




BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
            Numeralia adalah kata yang digunakan untuk membilang ihwal yang diacu nomina itu meliputi hal yang dapat dihitung banyaknya, baik yang berwujud seperti manusia, hewan, dan barang ataupun konsep – konsep.

3.2 Saran
            Sebaiknya untuk mempelajari numeralia kita harus mengetahui pengertian dan ciri dari numeralia secara jelas, supaya dalam mengambil contoh bisa tepat.




DAFTAR PUSTAKA

Balai Bahasa Yogyakarta.2006. Kamus Bahasa Jawa. Yogyakarta: Kanisius.
Sudaryanto.1991. Tata Bahasa Baku Bahasa Jawa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Wedhawati, dkk. 2010. Tata Bahasa Baku Jawa Mutakhir. Yogyakarta: Kanisius.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar